Liputan Nusantara – Surabaya, Polemik antara pihak pengurus perumahan Manyar Tompotika Surabaya(RW 04, RW 05, RW 07) dengan pihak manajemen sekolah Kristen Petra (SMP Kristen Petra 3 dan SMA kristen Petra 2) yang beralamatkan di jalan Raya Manyar Tirto Asri Surabaya.
Menurut informasi yang di dapat awak media Liputan Nusantara dari kepala Satpam Perumahan Manyar Tompotika, Ishadi mengatakan bahwa konflik ini terjadi berawal dari adanya permintaan kenaikan iuran retibusi bulanan oleh pihak pengurus Perum Manyar Tompotika Surabaya kepada pihak manajemen sekolah Kristen Petra Surabaya.
Dalam hal ini manajemen sekolah mengatakan menolak permintaan kenaikan iuran retribusi bulanan yang di ajukan oleh pengurus warga Perumahan Manyar Tompotika yang menjadikan polemik menjadi semakin memanas.
Ishadi juga sangat menyayangkan dampak dari adanya polemik ini iuran retribusi bulanan yang semula di bayarkan kepada pengurus Perumahan sekarang sudah di berhentikan pembayarannya oleh pihak manajemen sekolah Kristen Petra dan ini mengakibatkan penurunan pendapatan gaji bulanan semua anggota, wakil dan kepala Satpam Perumahan Manyar Tompotika, ujar Ishadi.
Di tempat terpisah hari awak media Liputan Nusantara mendatangi kediaman bapak Yazid salah satu dari ketiga pengurus ketua RW 07 Kelurahan Klampis Ngasem untuk menggali informasi lebih lanjut.
Menurut informasi yang di berikan, bapak Yazid kepada awak media bahwa polemik yang terjadi memang benar adanya, yang berawal dari permintaan kenaikan iuran retribusi bulanan yang di ajukan pengurus warga Perumahan Manyar Tompotika kepada manajemen sekolah Petra yang menolak kenaikan iuran retribusi tersebut.
Perlu di ketahui bahwa sekolah Kristen Petra ini berada di tengah tengah Perumahan Manyar Tompotika yang terdiri tiga rukun warga, yaitu RW 07 masuk wilayah Kelurahan Klampis Ngasem, RW 04 masuk wilayah Kelurahan Menur Pumpungan dan RW 05 masuk kelurahan Manyar Sabrangan yang juga berada di wilayah kecamatan Sukolilo dan kecamatan Mulyorejo.
Bapak Yazid menyampaikan bahwa dengan di tolaknya permintaan kenaikan iuran retribusi pengurus (warga) ini oleh pihak sekolah Petra, maka pihak pengurus mengadakan rapat internal dengan pihak Kelurahan yang bersangkutan menyetujui untuk di adakan penutupan pintu masuk di semua wilayah sebagai shok terapi terhadap manajemen sekolah Petra jika tidak ada pembayaran iuran retribusi bulanan tersebut.
“Permintaan kenaikan iuran rtribusi ini dari Rp 32 juta menjadi 35 juta, ada kenaikan 3 juta perbulan dan kenaikan ini bentuk apresiasi pengurus kepada Satpam yang bekerja secara shift tiap pagi hingga menjelang sore untuk mengatur dan mengamankan arus lalu lintas di lingkungan Perumahan, Dan itu pun jumlah anggota Satpam Perumahan sebanyak 40 anggota, jika pihak Petra membayar iuran retribusi bulanan Rp 32 juta dan di bagi ke 40 anggota Satpam maka ketemunya hanya sekitar Rp.800 ribu rupiah per anggota, sedangkan gaji anggota Satpam sekarang sekitar 3 jutaan,” ujar Yazid sambil menghitung.
Dengan hampir 2 ribu murid yang terdiri dari seribu murid SMP dan seribu murid SMA, meskipun tidak semua yang membawa mobil yang menjadikan kemacetan tiap hari di waktu masuk sekolah dan pulang sekolah. Kendati demikian permintaan kenaikan iuran retribusi ini masih belum ada titik temu dari kedua belah pihak yang berpolemik, dari penuturan Yazid pengurus RW 07 kelurahan klampis Ngasem, bahwa pihak Petra masih belum memberikan pembayaran iuran retribusi hingga saat ini dan kenaikan pun juga belum di setujui oleh pihak Petra dan dengan dalih menginginkan perincian keuangan yang di mulai dari tahun 2017 hingga sekarang, menurut Yazid.
Permintaan itu tidak relevan karena itu adalah rahasia rumah tangga pengurus Perumahan, apalagi di minta memberikan perincian keuangan mulai tahun 2017, dan kenapa pihak Petra tidak memintanya yang di mulai tahun 2017 hingga sekarang dan yang terbaru di bulan Januari, Februari dan Maret 2024, sempat pengurus memberikan perincian keuangan kepada pihak sekolah dan malah bersamaan dengan itu sekolah menjadi tidak memberi pembayaran hingga saat ini, lanjut Yazid di kediamannya.
Di waktu bersamaan media Liputan Nusantara mendatangi pihak sekolah Petra dan sempat di temui oleh pihak Humas sekolah ibu Maria, dan beliau kami konfirmasi perihal polemik yang terjadi dan beliau membenarkan adanya polemik tersebut, dan lebih lanjut pihak Humas tidak mau menjelaskan lebih detail masalah tersebut dan berkata itu kewenangan kepala sekolah untuk menjelaskan lebih detail, namun sayangnya pihak kepala sekolah tidak bisa di temui oleh pihak media dengan alasan kepala sekolah lagi sibuk sampai beberapa hari tidak bisa di temui. (Saiful)
Bersambung…